STUDI PENGGUNAAN GAS CO2

SEBAGAI BAHAN PEMBIUS UNTUK TRANSPORTASI

IKAN NILA MERAH ( Oreochromis sp. )

oleh. ANNY MIFTAKHUL HIDAYAH

Transportasi ikan hidup pada dasarnya adalah memaksa menempatkan ikan dalam suatu lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya dan disertai perubahan - perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak. Keberhasilan mengurangi pengaruh mendadak dari perubahan dan lingkungan itu memberi kemungkinan mengurangi tingkat kematian dan tujuan transportasi dapat tercapai ( Handisoepardjo, 1982 ). Sebelum ditransportasikan ikan hidup akan mengalami perubahan fisiologis dari keadaan hidup aktif menjadi dorman melalui proses pembiusan ( Setiabudi et.ol, 1995 ).

Salah satu cara pembiusan yang dilakukan adalah dengan menggunakan gas CO2. Karbondioksida ( CO2 ) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau dengan berat 1,5 kali berat udara. Karbondioksida adalah obat bius yang aman untuk pembiusan jangka panjang maupun jangka pendek dan sangat dianjurkan untuk digunakan dalam transportasi ikan hidup karena lebih efektif, harga lebih murah dan aman ( Yoshikawa et al, 1988 ). Proses pemingsanan dengan gas CO2 terjadi melalui penghambatan sistem respirasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tekanan gas CO2 yang efektif untuk pemingsanan dan suhu media pengemasan yang sesuai untuk transportasi ikan nila merah hidup. Tujuan lainnya untuk mengetahui bentuk pengemasan yang sesuai untuk transportasi ikan nila merah hidup, pengaruh transportasi terhadap kepadatan ikan dan efisiensi kemasan serta kualitas air terhadap kelulusan hidup ikan dalam kemasan.

Penelitian yang dilakukan terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian utama. percobaan dalam penelitian pendahuluan meliputi karantina ikan, pemingsanan dan pengukuan lama pingsan. Pemingsanan ikan nila merah dengan gas CO2 dilakukan pada tekanan 5 mmHg, 10 mmHg, 15 mmg, 20 mmHg dan 25 mmHg. Pengukuran lama pingsan dilakukan setiap dua jam sekali pada media air sekitar suhu pngsan yaitu 80 - 110 C. Perlakuan dalam penelitian utama terhadap ikan nila merah hidup yang dilakukan meliputi pengemasan dalam media serutan kayu mahoni pada suhu rendah ( 100 - 110 C ) dan suhu ruangan ( 290 - 300 C ), pengemasan dalam media air tanpa aerasi suhu ( 100 - 110 C ), pengemasan dalam media air beraerasi suhu ( 100 - 110 C ) dan transportasi dalam media air beraerasi suhu ( 100 - 110 C ) selama 14 jam.

Hasil percobaan diperoleh bahwa tekanan gas CO2 sebesar 15 mmHg efektif untuk memingsankan ikan nila merah hidup dibandingkan tekanan 20 mmHg dan 25 mmHg untuk waktu pingsan yang sam selama 20 menit. Ikan yang pingsan ditandai oerculum yang sangat lemah dan gerak renang serta keseimbangan rangsangan yang hilang total. Suhu media air ( 100 - 110 C ) adalah sesuai untuk pengemasan ikan nila merah dan ikan mampu bertahan dalam kondisi pingsan selam 10 jam dengan kelulusan hidup 100%. Pada suhu media air 80 - 90 C dan 90 - 100 C ikan nila merah hanya mampu bertahan selam 1 jam dan 3,5 jam dengan kelulusan hidup masing - masing 60 %.

Bentuk pengemasan yang sesuai untuk transportasi ikan nila merah hidup adalah pengemasan dalam media air beraerasi pada suhu ( 100 - 110 C ). Pada bentuk pengemasan ini ikan nila merah mampu bertahan hidup selama 20 jam dengan presentase kelulusan hidup 33,33 % dan mencapai 100 % kelulusan hidupnya selama pengemasan 14 jam. Aerasi dalam pengemasan ini berfungsi untuk mengurangi konsentrasi CO2 selama pengemasan.

Pengemasan dalam media air tanpa aerasi suhu ( 100 - 110 C ) ikan nila merah hanya mampu bertahan hidup selam 6 jam dengan prosentase kelulusan hidup 16,67 %. Sedangkan pengemasan dalam media serutan kayu mahoni, ikan nila merah hanya mampu bertahan hidup selam + 2 jam. Sistem vertilasi pada kemasan tidak berpengaruh terhadap kelulusan hidup ikan. Pada pengemasan suhu rendah ( 100 - 110 C ) dengan vertilasi kelulusan hidup ikan 0% sedangkan tanpa vertilasi mencapai 66,67 %. Pengemasan pada suhu ruang ( 290 - 300 C ) dengan vertilasi kelulusan hidup ikan dicapai 33,33 % dan tanpa vertilasi 0%. Kematian ikan yang tinggi dalam pengemasan ini disebabkan oleh stress setelah perlakuan pemingsanan dan kekurangan oksigen.

Prosentasi kelulusan hidup ikan nila merah dalam transportasi selam 14 jam dengan media air beraerasi suhu ( 100 - 110 C ) mencapai 50 % pada kepadatan 36 ekor/kemasan ( 14,4 kg/9 liter ). Diduga pada kepadatan 30 ekor/kemasan ( 12 kg/9 liter ) dan 24 ekor/kemasan ( 9,6 kg/9liter ) akan diperoleh prosentase kelulusan hidup yang lebih tinggi.