PEMBENIHAN IKAN BAWAL AIR TAWAR

( Colossoma macropomum

I. PENDAHULUAN

Bawal ( Colossoma macropomum ) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Ikan ini berasal dari Brazil. Pada mulanya ikan bawal diperdagangkan sebagai ikan hias, namun karena pertumbuhannya cepat, dagingnya enak dan dapat mencapai ukuran besar, maka masyarakat menjadikan ikan tersebut sebagai ikan konsumsi. Sebutan lain ikan bawal adalah Gamitama (Peru), Cachama (Venezuela), Red Bally Pacu (Amerika Serikat dan Inggris). Sedangkan di negara asalnya disebut Tambaqui.

Walaupun ketenaran ikan bawal belum dapat disejajarkan dengan komoditas perikanan lainnya, namun permintaan konsumen setiap tahunnya terus meningkat, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Maka tak heran, bila dimasa yang akan datang akan menjadi komoditas unggulan seperti jenis-jenis ikan lainnya.  

II. BIOLOGI

Kami juga melayani kegiatan magang atau pelatihan tentang teknik perikanan air tawar....silakan menghubungi kami

III. PEMBENIHAN

A. Pemeliharaan Induk

B. Pemijahan.

C. Penetasan

D. Pemeliharaan Larva  

E. Pendederan 

IV. Penyakit

Penyakit yang pernah ditemukan pada ikan bawal air tawar yang berumur satu bulan antara lain disebabkan oleh parasit, bakteri dan Kapang (Jamur) 

Parasit

  • " Ich " Atau " White spot ", biasanya menyerang ikan apabila suhu media pemeliharaan dingin, cara mengatasinya yaitu dengan menaikkan suhu (dengan water heater) sampai kurang lebih 29 derajat Celcius dan pemberian formalin 25 ppm. Pada media pemeliharaannya.
  • Bakteri.

  • Streptococus sp. dan Kurthia sp. cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan antibiotik tetrasiklin dengan dosis 10 ppm.
  • Kapang (Jamur)

  • Jamur ini merupakan akibat dari adanya luka yang disebabkan penanganan ( Handling ) yang kurang hati-hati. Cara mengatasinya dengan menggunakan Kalium Permanganat ( PK ) dengan dosis 2-3 ppm.
  •  

     

    PENINGKATAN MUTU BENIH IKAN NILA MELALUI PENERAPAN TEKNIK PERSILANGAN

    RINGKASAN

     Oleh : SOFI HANIF

    Peningkatkan produksi budidaya ikan nila antara lain dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas benih melalui persilangan atau persilangan. Persilangan dilakukan dengan cara memijahkan antar kelompok populasi. Di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) terdapat lima kelompok populasi nila yaitu (nilah hitam Chitralada, nila hitam GIFT, nila hitam Lokal ("T69"), nila merah Pilipina, dan nila merah NIFI) sehingga persilangan ini dilakukan antarwarna (merah dan hitam) dan intra (hitam dan hitam). Persilangan antarwarna dimaksudkan untuk menghasilkan benih nila berwarna merah dan persilangan intra dimaksudkan untuk mendapatkan benih nila hitam, dengan harapan kualitas benih yang dihasilkan akan lebih baik dari pada benih turunan induknya.

    Pada setiap persilangan tersebut, dilakukan pengamatan pertumbuhan relatif, komposisi atau pola warna, dan penampilan fisik Hasil pengamatan menunjukan bahwa pada persilangan silang antara nila merah Filipina dengan nila hitam GIFT (SPG) mempunyai pertumbuhan relatif yang lebih tinggi, penmpilan fisik lebih baik dibandingkan dengan hasil persilangan lain maupun dengan turunan nila merah Filipina itu sendiri. Pada kombiasi SPG ini masih muncul benih nila hitam sebesar 11,3%. Persilangan antara Chitralada dengan GIFT mempunyai pertumbuhan relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil persilangan lain maupun dengan turunan nila GIFT itu sendiri. Tetapi dari segi penampilan fisik masih sedikit dibawah penampilan fisik nila hitam GIFT.

    Informasi Lebih Lanjut Silakan Menghubungi Pelayanan Teknik & Informasi BBAT

      

    Pengembangan Benih Udang Galah Hasil Persilangan Induk Alam dan Induk Hasil Budidaya

    R I N G K A S A N

    Oleh : Haryo Sutomo

    Hasil produksi benih udang galah (Macrobrachium rosenbergii de man) melalui persilangan dari induk alam dan induk hasil budidaya dilakukan bertujuan untuk mendapatkan benih hibrida yang berkualitas. Sistem yang digunakan adalah menyilangkan induk dari alam dan induk hasil budidaya baik jantan maupun betina serta tanpa persilangan.

    Hasil pemeliharaan benih pada bak fiberglass dari induk betina alam dan jantan hasil budidaya diperoleh sintasan 60,2 %, menjadi juvenil dalam waktu 30 hari pemeliharaan; pemeliharaan di baskom diperoleh sintasan terbesar 69,5 %, menjadi juvenil dalam waktu 30 hari, adapun perlakuan kontrol lebih rendah.

    Sedangkan pada tahap pentokolan, sintasan dan pertumbuhan yang paling tinggi diperoleh pada benih hibrida yaitu pada hasil perkawinan induk betina alam dengan jantan hasil budidaya sebesar 78,3 % dengan berat rata-rata 4,2 gr/ ekor. Pada tahap pembesaran, sintasan dan berat rata-rata yang paling tinggi dicapai antara 75,6 % s.d 77,5 % dengan berat antara 26,5 s.d 28,1 gr setiap ekor.

    Hasil kegiatan menunjukkan pengaruh positip dari perlakuan (persilangan) terhadap pertumbuhan maupun sintasan,dapat disimpulkan benih hasil persilangan akan meningkatkan pertumbuhan dan sintasan.

       

      Informasi Lebih Lanjut Silakan Menghubungi Pelayanan Teknik & Informasi BBAT